assalamuallaikum , sahabat apakah kalian pernah memutuskan tali persaudaraan antar sesama , atau mencari permusuhan antar sesama . sadarkah kalian hukum memutuskan tali persaudaraan itu dilarang dalam islam ? untuk lebih lengkapnya lagi mari kita kepembahasan berikut ini ....
[النساء/1] وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
“Dan bertakwalah kepada Allâh yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”[Q.S. al-Nisa’: 1]
Melalui ayat di atas, Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk selalu bertakwa kepada-Nya dan memerintahkan kepada kita untuk menjaga hak-hak kerabat dan menyambung silaturrahim kepada mereka, serta melarang kita untuk memutusnya.
Makna silaturahmi bukan sebatas mengadakan pertemuan keluarga atau pertemuan warga. Lalu saling mengenalkan hubungan kekerabatan; ini kakek, paman, bibi, keponakan, dan seterusnya. Memang itu pun mempunyai nilai positif, tapi yang disebut silaturahmi tidak sebatas itu, bukan hanya memperkuat hubungan kekerabatan semata, yang lebih esensial (penting dan mendasar) adalah bagaimana memperkuat hubungan keimanan, ketakwaan pada lingkungan keluarga masing-masing.
Dalam tafsir Ibnu Katsir tercatat sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Jarir, Rasulullah SAW bersabda: “Nanti di hari kiamat di antara hamba-hamba Allah ada sekelompok orang yang mendapat tempat istimewa di surga, mereka itu bukan para Nabi juga bukan Syuhada, malah para Nabi dan Syuhada tertarik dengan kedudukan mereka di sisi Allah pada hari kiamat. Mendengar pernyataan seperti itu, para shahabat semangat untuk bertanya: “Yaa Rasululluh, manusia macam apakah yang akan mendapat tempat istimewa di surga?” Nabi tidak menyebut nama kelompok, tapi menyebutkan sifat, mereka yang akan mendapatkan tempat istimewa di surga adalah yang ketika hidupnya di dunia saling mencintai, menyayangi dengan dasar karena Allah (keimanan, keislaman dan ketakwaan) bukan karena ikatan harta atau keturunan.”
Dalam al-Quran pun cukup jelas dijabarkan bahwa silaturahmi merupakan perintah kedua setelah perintah taqwa, Allah SWT: “Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, yang dengan nama-Nya kamu saling memohon dan peliharalah silaturahim.” [Q.S. al-Nisa: 1).
Beberapa ayat lain, misalnya Q.S. Al-Hujurat:10: “Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah pertentangan di antara kamu dan bertaqwalah kepada Allah.”
Perintah taqwa selalu digandengkan dengan perintah menyambung silaturahim. Lebih tegas dalam Surat al-Ra’du ayat 21 pun menyebutkan bahwa orang yang beruntung bisa bergabung di akhirat bersama seluruh keluarganya itu juga adalah orang yang bertaqwa kepada Tuhannya. Taqwa dan silaturahim selalu digandengkan di dalam al-Quran. Itu adalah dua hal yang tidak boleh dipisahkan. Artinya, kalau orang itu taqwa kepada Allah, tentu dia akan menyambungkan silaturahim dan kalau dia tidak taqwa kepada Allah, tentu dia akan memutuskan silaturahim.
Surat Muhammad ayat 22 menyebutkan: “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan kekeluargaan?”
Begitu pentingnya menjalin silaturahim sehingga bila ada hambanya yang memutuskan silaturahim dinilai sebagai orang yang ‘jelek’. Dalam surat al-Maidah, Allah berfirman: “Dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” Di ayat tersebut, silaturahmi merupakan salah satu jalan menuju taqwa. Bahkan Allah selalu menjaga dan mengawasi umatnya dalam melakukan silaturahim.
Rasulullah SAW bersabda: “Rahim (tali persaudaraan) itu digantungkan pada arsy, ia berkata: Barang siapa yang menyambungku (berbuat baik kepada kerabat), maka Allah akan menyambungnya dan barang siapa yang memutuskan aku, maka Allah pun akan memutuskannya.” [H.R. Muslim]
Silaturahim juga tidak harus dilaksanakan setahun sekali. Tetapi dianjurkan setiap saat, mulai bangun tidur hingga tidur kembali.
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya
dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi).”
Setiap tahun, terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri jutaan umat Islam yang berada di tanah rantau pulang atau mudik ke kampung halamannya masing-masing. Tujuannya untuk bersilaturahim dengan orangtua, keluarga maupun kerabat lainnya. Mereka menjadikan Idul Fitri sebagai momen penting untuk melaksanakan kegiatan silaturahim. Tradisi ini patut diperhatikan sebagai manifestasi ajaran islam (silaturrahim) yang telah di bawa baginda Rasulillah SAW. Namun, hendaknya juga perlu diketahui bahwa mudik bukanlah sesuatu yang diwajibkan, sehingga orang tidak perlu memaksakan jika membahayakan diri dan keluarganya selama di perjalanan dan membuatnya jauh dari ibadah di bulan Ramadhan.
0 komentar:
Post a Comment