Sang
pemimpin
Matahari
menyongsong di ufuk barat
Mengawali
pagi bersama sinaran sang surya
yang cerah , sekaligus mencekam
tangisan dan
teriakan bercampur menjadi satu
dalam sebuah
rasa kegundahan
apakah ini
bangsa indonesia
yang katanya
tanah makmur dan sejahtera
yang dianggap
nyaman untuk berlindung dari sengatan sang surya
ku bertanya
pada seorang bocah yang sedang mengemis mencari nafkah
aku pun
terdiam saat kulihat pancaran wajahnya
yang
menggambarkan pandangan kegundahan
yang
memancarkan raut ketakutan
ku bertanya
dimanakah ayahmu sekarang
dia hanya
terdiam dan tertunduk lesu
ayahnya pergi
, pergi bersama kenangan yang tlah berlalu
perang yang
panjang yang membunuh semua harapan
pemimpin
........
sosok seorang
pemimpin yang sedang kami butuhkan
yang bisa membangun
bangsa ini dari ketertindasan
rahmat Tuhan
pun mulai datang
bersama kelebatan
guyuran hujan
yang
membasahi segala ketandusan
yang tandus
akan keadilan , yang tandus akan
kemakmuran
tapi semuanya
telah hilang , bersama redanya rintikan hujan
dan kini
langit pun mulai berhenti tuk menangis
bumi pertiwi
mulai menumbuhkan bibit – bibit bangsa
yang akan
membawa bangsa Indonesia menjadi makmur dan sejahtera
Posted on 7:33 PM
by
Unknown
0 komentar:
Post a Comment