Mengenal Kompleks Masjid Al-Aqsa
sejarah masjid al-aqsa
Al-Masjid El-Aqsa merupakan nama arab yang berarti Masjid terjauh. 10 tahun
setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama, beliau melakukan perjalanan
malam dari Mekkah ke Baitul Maqdis (Jerusalem) dan kemudian menuju langit
ketujuh untuk menerima perintah sholat 5 waktu dari Allah, peristiwa ini
disebut Isra’ Miraj. Sebelum turun perintah menjadikan Mekkah sebagai kiblat sholat umat muslim,
selama 16 setengah bulan setelah Isra Miraj, Jerusalem dijadikan arah kiblat.
Ketika masih hidup, Nabi Muhammad SAW memerintahkan umat muslim untuk tak
hanya mengunjungi Mekkah tapi juga Masjid Al-Aqsa yang berjarak sekitar 2000
kilometer sebelah utara Mekkah. Masjid Al-Aqsa merupakan bangunan tertua kedua setelah Ka’bah di Mekkah,
dan tempat suci dan tempat terpenting ketiga setelah Mekkah dan Madinah.
Luas kompleks Masjid Al-Aqsa sekitar 144.000 meter persegi, atau 1/6 dari
seluruh area yang dikelilingi tembok kota tua Jerusalem yang berdiri saat ini.
Dikenal juga sebagai Al Haram El Sharif atau oleh yahudi disebut Kuil Sulaiman.
Kompleks Masjid Al-Aqsa dapat menampung sekitar 400.000 jemaah (Masjid Al-Aqsa
menampung sekitar 5.000 jamaah, selebihnya sholat di kompleks yang ber-area terbuka).
pembangunan kembali masjid al-aqsa
Pembangunan kembali kompleks Masjid Al-Aqsa dimulai 6 tahun setelah Nabi
wafat oleh Umar Bin Khattab. Beliau menginginkan untuk dibangun sebuah masjid
di selatan Foundation Stone (membelakangi Foundation Stone, menghadap
selatan/Mekkah). Pembangunan tersebut dilakukan oleh Khalifah Ummayah Abd Al
Malik Ibn Marwan dan diselesaikan oleh anaknya Al Walid 68 tahun setelah Nabi
wafat dengan diberi nama Masjid Al Aqsha.
Di pusat kompleks Kuil Sulaiman, terdapat Foundation Stone yaitu batu
landasan yang dipercaya umat Yahudi sebagai tempat Yahweh menciptakan alam
semesta dan tempat Abraham mengorbankan Isaac. Bagi umat Islam batu ini adalah
tempat Nabi Muhammad menjejakkan kakinya untuk Mi’raj. Untuk melindungi batu
ini, Khalifah Abd Al Malik Ibn Marwan membangun kubah dan masjid polygon, yang
kemudian terkenal dengan nama Dome of The Rock (Kubah batu).
kekeliruan mengenai masjid al-aqsa
Kekeliruan antara Masjid Al-Aqsa dengan Dome of The Rock dan Agenda Israel
menghapuskan Masjidil Aqsa . Masjidil Aqsa merupakan kiblat pertama bagi Umat Islam sebelum dipindahkan
ke Ka’bah dengan perintah Allah SWT. Kini berada di dalam kawasan jajahan
Yahudi. Dalam keadaan yang demikian, disinyalir pihak Yahudi telah mengambil
kesempatan untuk mengelirukan pengetahuan Umat Islam dengan mengedarkan gambar
Dome of The Rock sebagai Masjidil Aqsa.
Tujuan mereka hanyalah satu: untuk meruntuhkan Masjidil Aqsa yang
sebenarnya dan mendirikan kembali haikal Sulaiman. Saat ini, hanya “Tembok
sebelah Barat” yang tersisa dari bangunan kuil atau istana Sulaiman yang masih
berdiri, dan pada saat yang bersamaan tempat ini dinamakan “Tembok
Ratapan/Wailing Wall” oleh orang Yahudi. Apabila Umat Islam sendiri sudah
keliru dan sulit untuk membedakan Masjidil Aqsa yang sebenarnya, maka semakin
mudahlah tugas mereka untuk melaksanakan rencana tersebut, karena bila Masjid
Al-Aqsa diruntuhkan, kebanyakan umat tidak akan menyadarinya.
Berikut disertakan terjemahan surat yang ditulis dan dikirimkan oleh Dr.
Marwan kepada ketua pengarang harian “Al-Dastour” tentang kekeliruan umat dan
hubungannya dengan rencana zionis.
- Terdapat beberapa kekeliruan antara Masjidil Aqsa dan The Dome of The Rock. Apabila disebut tentang Masjidil Aqsa di dalam media lokal maupun internasional, foto The Dome of The Rock-lah yang ditampilkan. Alasannya adalah untuk mengalihkan masyarakat umum yang merupakan siasat Israel. Tinjauan ini diperoleh saat saya tinggal di USA, dimana saya telah mengetahui bahwa Zionis di Amerika telah mencetak dan mengedarkan foto tersebut dan menjualnya kepada orang arab dan Muslim. Kadangkala dijual dengan harga yang murah bahkan kadang diberikan secara gratis agar Muslim dapat mengedarkannya dimana saja. Baik dirumah maupun kantor.
Hal ini meyakinkan saya bahwa Israel ingin menghapuskan gambaran Masjid
Al-Aqsa dari ingatan umat Islam supaya mereka dapat memusnahkannya dan
membangun kuil mereka tanpa ada publikasi. Bila ada yang membangkang atau
memprotes, maka Israel akan menunjukkan foto The Dome of The Rock yang masih
utuh berdiri, dan menyatakan bahwa mereka tidak berbuat apa-apa. Siasat yang
sungguh pintar! Saya juga merasa amat terperanjat ketika bertanya kepada
beberapa rakyat arab, Muslim, bahkan rakyat Palestina karena mendapati mereka
sendiri tidak dapat membedakan antara kedua bangunan tersebut. Ini benar-benar
membuatkan saya merasa kesal dan sedih karena hingga kini Israel telah berhasil
dalam siasat mereka.
Dr. Marwan Saeed Saleh Abu Al-Rub Associate Professor,
Mathematics Zayed University Dubai
Demikianlah, dengan kondisi yang mengkuatirkan ini, kita sebagai muslim
hendaklah turut membantu menyebarkan informasi yang benar kepada saudara kita
dan dunia. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari distorsi informasi lebih
jauh yang akhirnya akan merugikan umat bila tidak disikapi dengan baik.
0 komentar:
Post a Comment